Saturday, March 12, 2016

Kota

Kotaku yang jauh
padam lampu-lampunya
angin menerpa
lorong-lorong jelaga

Kotaku yang jauh
menyerah pada malam
seperti di siang hari
ia menyerah pada kekosongan

Tuhan
nyalakanlah neon-neon itu.


Oleh :
Kuntowijoyo

Friday, March 11, 2016

Pejalan



Pejalan sudah kembali
mukanya pucat pasi
terbungkuk
di bawah kain lusuh
tak ada lagi cahya matanya
bergegas pulang
ke rumah yang tak jelas di mana
berhasrat keras melepas beban
yang lama mendera punggungnya

(rumahmu tidak di sini
tetapi jauh di dasar mimpi)

ia tercengang
tidak ada jalan balik lagi
musnah dihamburkan angin
hanya debu-debu

ia merintih pelan
takut membangunkan derita
menahan lelah yang sangat
sempoyongan, dan
terbatuk-batuk
ah, alangkah penat
(ternyata ia hanya harus berjalan
atas putusan sendiri
di pagi hari)



Oleh :
Kuntowijoyo

Thursday, March 10, 2016

Musim Panen



Setelah semusim
tangan-tangan sibuk
memotong pohonan
di kampung halaman
pak tani
mengundang anak-anaknya
memanen kolam
sudah waktu ikan dinaikkan

Segunduk matahari
menyingkirkan sepi
dari danau
mendorong sampan
berlayar dua-dua

Di bukit
batu sudah dipecah
sekejap saja, bagai hanya main-main
rumah-rumah berdiri
melindungi perempuan
melahirkan bayi

Hari itu derita dihapuskan
Keluarlah lelaki-perempuan
memainkan udara dengan selendang
menyulap siang dalam impian
warna-warni dan wewangi

Anak lelaki-perempuan
menabuh genderang
menyebar kenanga
memaksa matahari
berhenti di balik daunan

Malaikat dan bidadari
menonton tarian
senyum mereka
menyentuh pohonan

Semesta berpesta
di tengah hari
pada musim panen abadi.



Oleh :
Kuntowijoyo

Wednesday, March 9, 2016

Mobil

Mobil-mobil sudah berangkat
pergi ke tengah kota
meninggalkan gas dan debu
terdengar mereka tertawa
karavan yang sempurna
Di pusat kota
di muara yang deras airnya
mereka labuh waktu

Aku menutup mata
tidak karena debu-debu
aku ingin melihat rumahku
dalam sunyi di tengah rimba kunang-kunang
Alangkah jelasnya, Tuhan, alangkah jelasnya.


Oleh : 
Kuntowijoyo

Tuesday, March 8, 2016

Pabrik

Di sini dilahirkan raksasa
bertulang besi bersaraf baja
tidak perlu nyanyi
dan ninabobo bidadari
Berjalan sedetik sesudah turun dari kandungan
melambaikan tangan
Aduh, jari-jarinya gemerlap bagai halilintar
Laki-laki dan perempuan
datang menghormat
ia pun mengulurkan tangan
untuk dicium.

Sesungguhnya ia dilahirkan dari rahim bumi
oleh tangan lelaki
Sesungguhnya ia dicipta dari tanah
untuk membantu ayah
menggembala kambing dan menyabit rumputan.
Sayang, mereka sangat memanjakannya
hingga raksasa itu jadi anak nakal
mengganggu ketenteraman tidur.

Awaslah, jangan lagi engkau melahirkan
anak-anak yang bakal jadi pembunuhmu.


Oleh :
Kuntowijoyo

Monday, March 7, 2016

Engkau, Sukma

Sukmamu bangkit
Bagai bianglala
Berdiri
Di cakrawala
Merenda siang dalam impian
Gemerlap warna-warni benang sutra.

Badai tidak datang
Angin pulang ke pangkalan
Istirahat panjang.

Langit menyerah padamu
Menggagalkan lingkaran
Surya kabur kembali ke timur.

Sepi.
Hanya napasmu yang tenang
Terdengar bagai nyanyian.


Oleh :
Kuntowijoyo

Sunday, March 6, 2016

Pada Hari Yang Lain

Pada hari yang lain
di angkasa
seribu gagak raksasa
menyerbu matahari
menggugurkan batu-batu
terbang menutup ruang

Malaikat langit ketujuh
turun menghalau perusuh
menghunus pedang guntur
berkilat-kilat
darah mengucur hujan
langit amis kemerahan

Engkau di sini
di kebun semangka pinggir desa
bersama lima bidadari
mengajarmu menyanyi
dan merangkai puisi.


Oleh :
Kuntowijoyo

Saturday, March 5, 2016

Pepohonan

Sebagai layaknya pepohonan
menampung kenangan
dunia yang tergantung di awan
sudah sampai di simpang

Ada kubu terbungkus daunan
mengeluh pelan
memanjakan impian
Ayolah kubur dukamu di rumputan
senja sudah mendekat
malam berjalan merayap
engkau tentu mengharap bulan

Dalam pepohonan
yang berbuah rindu
aku mendengar
sesuatu yang tak kutahu
Namun aku suka padamu.


Oleh :
Kuntowijoyo

Friday, March 4, 2016

Pina

Di atas pohon pina
surya
mempersembahkan sinarnya
pada semesta

Seseorang tertidur
sangat lelap
di bawahnya
tidak tahu
bahwa Waktu sudah berjalan
sampai di tikungan
dan berhenti:
Sebagai ada yang tertinggal

Seseorang yang dikasih
sedang menikmati istirahat
sangat sayang membangunkan.


Oleh :
Kuntowijoyo

Thursday, March 3, 2016

Pemandangan Senja

Dua ekor ikan
Menutup mata
Mereka lihat tanda
Air berhenti mengalir
Maka gugurlah kepercayaan
Perempuan menangis di jendela
Menghentikan pejalan
Lelaki tidak juga datang
Merpati di pucuk atap
Kesal menunggu senja
Menahan dingin
Mengharapkan bintang turun menyapa
Jauh di langit
Kelompok pipit mencari pohonan
Adakah masih tersedia daunan?
Mereka hanya berputar-putar.

Terasa juga malam ini
Lelaki tidak akan pulang
Barangkali sore harus dibatalkan
Tidak ada lagi:
Merpati harus tidur di awan
Pohonan sudah ditebang
Tidakkah kaudengar tidak ada lagi peradaban?


Oleh :
Kuntowijoyo

Wednesday, March 2, 2016

Hari ke N

Hari ke n dari Adam dilahirkan
mega putih menyingkir ke tepi
langit terbuka
sederet burung undan
terbang di garis cakrawala

Tidak habisnya engkau memuji
hari itu di hutan
serigala mencumbu kijang
yang berubah jadi kencana
engkau duduk di tepi telaga
mengaca
bahkan engkau heran, mengapa
bibirmu tersenyum.


Oleh :
Kuntowijoyo

Tuesday, March 1, 2016

Sang Utusan

Dikabarkan
pada tanggal satu bulan Muharam
akan tiba Sang Utusan
dalam perjalanan kembali
menjenguk warganya

Mereka keluar dari rumah-rumah
berdiri di taman
menantikan
Bunga-bunga mawar di tangan
nyanyi kudus
dan detak-detak
harapan

Tidak.
la tidak mengikuti angin utara
ia lewat menurut ilhamnya.
Pulang, ia akan mengetuk pintumu.

Mereka saling memandang
barangkali itu benar
lalu kembali ke rumah
menaburkan mawar di ambang
menyimpan nyanyian

Malam tidak tidur
untuk di pagi hari
mereka temukan
jejak Sang Utusan
di halaman.


Oleh :
Kuntowijoyo