Untuk terakhir kali perempuan
cantik itu akan merias jenazah.
Setelah itu selesailah. Ia sangat
lelah setelah sekian lama
mengurusi keberangkatan para
arwah .
Kini ia harus merias jenazah
seorang perempuan
yang ditemukan tewas di bawah
jembatan, tidak jelas
asal-usulnya, serba gelap
identitasnya, tidak ada yang sudi
mengurusnya, dan untuk gampangnya
orang menyebutnya
gelandangan atau pelacur jalanan,
toh petugas ketidakamanan
bilang ah paling ia mati dikerjain
preman-preman.
Perias jenazah itu tertawa
nyaring begitu melihat jenazah
yang akan diriasnya sangat mirip
dengan dirinya.
Kemudian ia menangis tersedu-sedu
sambil dipeluknya
jenazah perempuan malang itu.
“Biar kurias parasmu dengan air
mataku hingga sempurna ajalmu.”
Beberapa hari kemudian perias
jenazah itu meninggal dunia
dan tak ada yang meriasnya.
Jenazahnya tampak lembut dan
cantik, dan arwah-arwah
yang pernah didandaninya pasti
akan sangat menyayanginya.
Kadang perias jenazah itu
diam-diam memasuki tidurku
dan merenungi wajahku. Seakan ia
tahu bahwa aku
yatim piatu, tidak jelas
asal-usulnya, serba gelap identitasnya.
Kulihat wajah cantiknya
berkelebatan di atas ranjang kata-kataku.
Oleh :
Joko Pinurbo