Wednesday, December 31, 2014
Tuesday, December 30, 2014
Ibuku Dehulu
Ibuku dehulu marah padaku
diam ia tiada berkata
akupun lalu merajuk pilu
tiada peduli apa terjadi
matanya terus mengawas daku
walaupun bibirnya tiada bergerak
mukanya masam menahan sedan
hatinya pedih kerana lakuku
Terus aku berkesal hati
menurutkan setan, mengkacau-balau
jurang celaka terpandang di muka
kusongsong juga - biar cedera
Bangkit ibu dipegangnya aku
dirangkumnya segera dikucupnya serta
dahiku berapi pancaran neraka
sejuk sentosa turun ke kalbu
Demikian engkau;
ibu, bapa, kekasih pula
berpadu satu dalam dirimu
mengawas daku dalam dunia.
Oleh :
Ajip Rosidi
Monday, December 29, 2014
Subuh
Kalau subuh kedengaran tabuh
semua sepi sunyi sekali
bulan seorang tertawa terang
bintang mutiara bermain cahaya
Terjaga aku tersentak duduk
terdengar irama panggilan jaya
naik gembira meremang roma
terlihat panji terkibar di muka
Seketika teralpa;
masuk bisik hembusan setan
meredakan darah debur gemuruh
menjatuhkan kelopak mata terbuka
Terbaring badanku tiada berkuasa
tertutup mataku berat semata
terbuka layar gelanggang angan
terulik hatiku di dalam kelam
Tetapi hatiku, hatiku kecil
tiada terlayang di awang dendang
menanggis ia bersuara seni
ibakan panji tiada terdiri.
Oleh :
Ajip Rosidi
Sunday, December 28, 2014
Hari Menuai
Lamanya sudah tiada bertemu
tiada kedengaran suatu apa
tiada tempat duduk bertanya
tiada teman kawan berberita
Lipu aku diharu sendu
samar sapur cuaca mata
sesak sempit gelanggang dada
senak terhentak raga kecewa
Hibuk mengamuk hati tergari
melolong meraung menyentak rentak
membuang merangsang segala petua
tiada percaya pada siapa
Kutilik diriku kuselam tahunku
timbul terasa terpancar terang
istiwa lama merekah terang
merona rawan membunga sedan
Tahu aku
kini hari menuai api
mengetam ancam membelam redam
ditulis dilukis jari tanganku.
Oleh :
Ajip Rosidi
Saturday, December 27, 2014
Rindu Jumpa Dikau
cinta ?? apa sih maksudnya ??
tak terpikir tuk menggali itu
tuk daki berjuta bebatuan
tuk menyebrangi samudra
sungguh itu sangat membuatku terpacu
cinta hadir ketika kita duka
cinta hadir ketika kita suka
cinta datang ketika kita kembali
cinta hangat ketika kita merasakannya
ingin rasa ku jemput hati itu
tuk rasakan apa itu bahagia dan apa itu kerinduan
terkadang hati ini pun ingin memilikinya
memandangnya dan bersamanya
setia dalam ikatan sumpah yang suci
bahagia menjalani hidup bersama
hingga kita diberkahi anugerah terindah
memiliki ikatan keluarga slamanya hingga maut memisahkan
seiring berjalan waktu
detik menit jam hari bulan bahkan tahun
berlalu bersama sepinya hati
terus terjadi hingga tanpa disadari
hari akhirpun datang menghampiri
entah itu akhir ataupun awal kehidupan
aku pun tak tahu karena hati ini sedang dilanda ketakutan
takut jika tak bisa memandangmu lagi
hanya karena sepatah kata yang tak bisa terucap
hanya karena rasa malu yang tak bisa ku tanggung
cambukan keras untukku yakni berupa penyesalan diri
tak terobati karena ulah perbuatan sendiri
hingga rasa rindu datang menjumpai
hasrat ingin berjumpa meski hanya dalam mimpi
kan ku raih dikau yang saat ini telah menjauhkan diri
menjauh dariku dari mimpiku dan dari cintaku ini
sungguh impian yang tak pernah terwujud kecuali karenamu
cinderela dengan kereta kencananya
putri salju dengan para kurcaci
jasmine dan karpet terbangnya
serta diriku dan cinta yang hanya untukmu
Oleh :
Admin
Friday, December 26, 2014
Astana Rela
Tiada bersua dalam dunia
tiada mengapa hatiku sayang
tiada dunia tempat selama
layangkan angan meninggi awan
Jangan percaya hembusan cedera
berkata tiada hanya dunia
tilikkan tajam mata kepala
sungkumkan sujud hati sanubari
Mula segala tiada ada
pertengahan masa kita bersua
ketika tiga bercerai ramai
di waktu tertentu berpandang terang
Kalau kekasihmu hasratkan dikau
restu sempana memangku daku
tiba masa kita berdua
berkaca bahagia di air mengalir
Bersama kita mematah buah
sempana kerja di muka dunia
bunga cerca melayu lipu
hanya bahagia tersenyum harum
Di situ baru kita berdua
sama merasa, sama membaca
tulisan cuaca rangkaian mutiara
di mahkota gapura astana rela.
Oleh :
Ajip Rosidi
Thursday, December 25, 2014
Biodata Amir Hamzah
Lahir 28 Februari 1911 di Tanjungpura, Langkat, Sumatera Utara, terbunuh dalam revolusi sosial 16maret 1946 di Langkat, Sumatera Utara.
Pendidikannya: tamat HIS (sekolah anak-anak Indonesia dengan bahasa pengantara bahasa Belanda), lalu ke Medan dan ke Jakarta (mungkin 1928) sekolah di Sekolah lanjutan Pertama Kristen (2 tahun), kemudian belajar di Sekolah Lanjutan Atas Solo, Jawa Tengah (mungkin antara 1929-1932). Kembali ke Jakarta, masuk Sekolah Tinggi Hukum, sampai lulus sarjana muda, tapi tidak tamat.
Selama di Jawa, dia aktif dalam kegiatan-kegiatan kebangsaan. Dengan S. Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane, Amir Hamzah mendirikan majalah Pujangga Baru. Tapi dia dipanggil pulang oleh pamannya, Sultan langkat – orang yang membiayai pendidikan Amir – dan diambil menantu.
Bukunya yang sudah terbit: Nyanyian Sunyi (1937), Buah Rindu (1941), Sastra Melayu Lama dengan Tokoh-tokohnya(1941), dan Esei dan Prosa (1982). Terjemahannya: Bhagawad Gita (dimuat dalam Pujangga Baru,1933-1934) danSetanggi Timur (terjemahan puisi Jepang, Arab,India, Persia dll., 1939). Berbagai karangannya yang tersebar dihimpun H.B. Jassin dalam Amir Hamzah Raja Penyair Pujangga Baru (1963).
Sejumlah puisnya ada dalam antologi Pujangga Baru: Prosa dan Puisi (1963) susunan H.B. Jassin. Amir Hamzah dikenal sebagai tokoh penting pada masa Pujangga baru dalam sastra Indonesia.
Tuesday, December 23, 2014
Lagu Tanah Air
Adalah hijau pegunungan
Adalah biru lautan
Adalah hijau
Adalah biru
Langit dan hatiku
Adalah aku pucuk tatapan
Adalah pucuk
Adalah tatapan
Adalah pucuk senapan
Mengarah ke dadaku
Hijau pegunungan biru lautan
Tiadalah harapan adalah ketakutan
Hijau pegunungan biru lautan
Tiadalah ketentraman adalah ancaman
Adalah karena cintaku
Adalah karena kucinta
Langit merah jalan berdebu
Rumah punah jalan terbuka
Bunga tumbuh mawar biru
Kembang wera kembang jayanti
Tanah yang kujejak rindu
Kan kurangkum dalam hati
Oleh :
Ajip Rosidi
Monday, December 22, 2014
Panorama Tanah Air
Di bawah langit yang sama
manusia macam dua : Yang diperah
dan setiap saat mesti rela
mengurbankan nyawa, bagai kerbau
yang kalau sudah tak bisa dipekerjakan, dihalau
ke pembantaian, tak boleh kendati menguak
atau cemeti'kan mendera;
dibedakan dari para dewa
malaikat pencabut nyawa, yang bertuhan
pada kemewahan dan nafsu
yang bagai lautan : Tak tentu dalam dan luasnya
menderu dan bergelombang
sepanjang masa
Di atas bumi yang sama
Manusia macam dua : Yang menyediakan tenaga
tak mengenal malam dan siang,
mendaki gunung, menuruni jurang
tak boleh mengenal sakit dan lelah
bagai rerongkong-rerongkong bernyawa selalu digiring
kalau bukan di kubur tak diperkenankan sejenak pun berbaring
dipisahkan dari manusia-manusia pilihan
yang mengangkat diri-sendiri dan menobatkan
ipar, mertua, saudara, menantu dan sahabat
menjadi orang-orang terhormat dan keramat
yang ludah serta keringatnya
memberi berkat
Di atas bumi yang kaya
manusia mendambakan hidup sejahtera
Di atas bumi yang diberkahi Tuhan
Manusia memimpikan keadilan
(1962)
Oleh :
Ajip Rosidi
Sunday, December 21, 2014
Soneta dari Manhattan
Di bawah bayang-bayang Manhattan yang gelap
Kulihat kau menyelinap, mengendap-ngendap
Mengais-ngais mencari dalam dirimu:
Sesuatu telah terjadi dan itu engkau tak tahu
Begitu banyak peristiwa dan begitu banyak rahasia
Yang dalam hidupmu hanya nampak satu segi saja
Tidaklah hidup ini bagimu akan tetap gulita
Bagaikan teka-teki yang hilang soalnya
Adakah dengan dinding-dinding kukuh perkasa
Bersarang perasaan aman dalam sanubari manusia?
Yang kutemui hanya kewas-wasan, sumber kegelisahan
Adakah dengan perkembangan teknologi
Manusia telah menemukan dirinya sendiri?
Kau hanya tahu: komputer ternyata menghasilkan banyak persoalan
Oleh :
Ajip Rosidi
Saturday, December 20, 2014
Kepada Kawan 12
Apa sih yang mau kau capai
Maka kau terjang segala penghalang
Dan kau abaikan segala nilai
Asal kau sendiri menang?
Apa sih yang mau kau dapat
Maka kau tinggalkan semua sahabat
Dan di sekelilingmu
Kau anyam rapat pagar curiga
Kau kira di mana kau akan tiba
Kalau hari sudah senja?
Ternyata tidak ada tarian gemulai
Atau suara gamelan mengalun permai
Kemenangan-kemenanganmu selama ini
Melontarkanmu ke langit hampa
Oleh :
Ajip Rosidi
Friday, December 19, 2014
Perumpamaan
Di antara belalang
Kaulah burung brenjang
Yang mengisi tembolok
Tak kunjung kenyang
Di antara ayam
Kaulah musang kelaparan
Dengan rahang tajam
Menerkam dan menerkam
Kalau di sungai
Kaulah buaya
Tak pernah menolak bangkai
Kalau di darat
Kaulah srigala
Mengancam segala hayat
Oleh :
Ajip Rosidi
Hamlet
Yang was-was selalu, itulah aku
Yang gamang selalu, akulah itu
Ya Hamlet kusuka : Dialah gambaran jiwaku
Yang selalu was-was dalam ragu. Membiarkan kau
Mengembara dalam mimpi yang risau
Kutemukan pada Oliver, kegamangan falsafi
Dunia yang muram dan masa depan yang suram
Tapi kulihat kecerahan intelegensi
Seorang muda yang terlalu dekat kepada alam
Hamlet. Hamletku, ia datang kepadamu
Menatap fana atas segala yang kujamah: Tahu
Bahwa hidup melangkah atas ketidak pastian
Yang terkadang menentukan Kepastian
Aku pasrah
Oleh :
Ajip Rosidi
Thursday, December 18, 2014
Terkenang Topeng Cirebon
Di atas gunung batu manusia membangun tugu
Kota yang gelisah mencari, Seoul yang baru, perkasa
Dengan etalase kaca, lampu-lampu berwarna, jiwanya ragu
Tak acuh tahu, menggapai-gapai dalam udara hampa
Kulihat bangsa yang terombang-ambing antara dua dunia
Bagaikan tercermin diriku sendiri di sana!
Mengejar-ngejar gairah bayangan hari esok
Memimpikan masa-silam yang terasa kian lama kian elok!
Waktu menonton tari topeng di Istana Musim Panas
Aku terkenang betapa indah topeng Cirebon dari Kalianyar!
Dan waktu kusimakkan musik Tang-ak, tubuhku tersandar lemas
Betapa indah gamelan Bali dan Degung Sunda. Bagaikan terdengar!
Kian jauh aku pergi, kian banyak kulihat
Kian tinggi kuhargai milik sendiri yang tersia-sia tak dirawat
Oleh :
Ajip Rosidi
Di Engkelili, Suatu Pagi
Empat lelaki menyusur pinggir kali
Nasibnya mengalir bersama air menghilir
Di mana mereka bertemu ?
Ke mana mereka kan pergi ?
Dalam hati yang mengerti
Menuju ufuk kelabu
Di kuala terbuka
Pabila mereka berangkat
Dan kapan akan kembali?
Telah tetap setiap saat
Menempuh arus waktu
Tidak terhingga
Empat lelaki berdiri di pinggir kali
Nasib bagaikan air: Selalu luput dari genggaman
Oleh :
Ajip Rosidi
Tuesday, December 16, 2014
Sebelum Padi Menguning
Sebelum padi menguning mana burung datang mendekat
atau cinta bisa melekat
jika tiada banjir mendatang hama menyerang
harapan panen takkan sia-sia
lantas padi menguning cinta pun datang
tinggal aku yang selalu malang
1953
Oleh :
Ajip Rosidi
Monday, December 15, 2014
Pejalan Sepi
ia tembus kesenyapan dinihari
sepatunya berat menunjam bumi
menempuh kola yang lelap terlena
dalam pelukan cahya purnama
is tembus kedinginan pagi
siulnya nyaring membelah sunyi
membangunkan insan agar bangkit
dalam pertarungan hidup yang sengit
di sebuah jembatan ia berhenti
dihirupnya udara sejuk dalam sekali:
bulan yang mengambang atas air kali
adalah gambaran hatinya sendiri!
1954
Oleh :
Ajip Rosidi
Sunday, December 14, 2014
Rindu Berguling Sendiri
rindu berguling sendiri
putus mengharap
dinding putih-putih
dan di baliknya: kesepian pengap
radio di sebelah batas
suaranya samar -
kudengar diriku menghela nafas
dengan hati yang cabar
1954
Oleh :
Ajip Rosidi
Saturday, December 13, 2014
La Pun Kini Sunyi
ia pun kini sunyi
tahu dua macam bunga:
yang putih, sendiri, sepi
tak terjangkau dari tepi ini
ia pun bernyanyi
lagu sedih ditinggal kasih
tahu segala yang sia-sia
bernama duka
ia pun sunyi
ia pun sendiri
1954
Oleh :
Ajip Rosidi
Friday, December 12, 2014
Malam Putih
malam jatuh di senja putih
berangkat ke pangkal pagi
dan keinginan berdekap penuh kasih
sia-sia sekali
1954
Oleh :
Ajip Rosidi
Thursday, December 11, 2014
Angin Berkesiur
angin berkesiur
daun pun gugur
angin berkelana
cintaku mengembara
gadisku mawar
menanti tak sabar
gadis yang rindu
kudekap dalam pelukan bisu
1954
Oleh :
Ajip Rosidi
Tuesday, December 9, 2014
Lagu Kerinduan
wajahmu antara batang kelapa langsing
menebar senyum dan matamu menjadikan daku burung piaraan
semua hanya bayangan kerinduan: kau yang nun entah di mana
mengikuti setiap langkahku, biarpun ke mana
kujalani kelengangan hari
sepanjang pagar bayangan: wajahmu menanti
langkah kuhentikan dan kulihat
hanya senyummu memenuhi jagat
1954
Oleh :
Ajip Rosidi
Mata Derita
ada yang datang bermata derita
pagi berwarna olehnya
ada perawan bermata derita
berselendang angin remaja
ada yang memandang ke dalam hatiku
bumi pun jadi biru
ada yang memancar: kebeningan hening
dan segalanya pun tak teraba lagi - -
1954
Oleh :
Ajip Rosidi
Subscribe to:
Posts (Atom)